Selasa, 24 Januari 2012
Home
>unlabelled
> Kisah Nabi Nuh AS
Kisah Nabi Nuh AS
Posted on Kamis, 24 November 2011
by Ahmad Fazri
Nabi Nuh adalah Nabi keempat sesudah Adam, Syith dan Idris dan keturunan kesembilan dari Nabi Adam. Ayahnya adalah Lamik bin Metusyalih bin Idris.
Dakwah Nabi Nuh Kepada Kaumnya
Nabi Nuh menerima wahyu kenabian dari Allah dalam masa "fatrah" masa kekosongan diantara dua Rasul dimana biasanya manusia secara berangsur-angsur melupakan ajaran agama yang dibawa oleh Nabi yang
meninggalkan mereka dan kembali syirik meninggalkan amal kebajikan,
melakukan kemunkaran dan kemaksiatan dibawah pimpinan iblis.
Demikianlah maka kaum Nabi Nuh tidak luput dari proses tersebut, sehingga ketika Nabi Nuh
datang ditengah-tengah mereka, mereka sedang menyembah berhala ialah
patung-patung yang dibuat oleh tangan-tangan mereka sendiri disembahnya
sebagai Tuhan-Tuhan yang dapat membawa kebaikan dan manfaat serta
menolak segala kesengsaraan dan kemalangan. Berhala-berhala yang
dipertuhankan dan menurut kepercayaan mereka mempunyai kekuatan dan
kekuasaan gaib diatas manusia itu diberinya nama-nama yang silih
berganti menurut kehendak dan selera kebodohan mereka. Kadang-kadang
mereka namakan berhala mereka "Wadd" dan "Suwa", kadangkala "Yaguts" dan
bila sudah bosan digantinya dengan nama "Yatuq" dan "Nasr".
Nabi Nuh
berdakwah kepada kaumnya yang sudah jauh tersesat oleh iblis itu,
mengajak mereka meninggalkan syirik dan penyembahan berhala dan kembali
kepada tauhid menyembah kepada Allah Tuhan
semesta alam melakukan ajaran-ajaran agama yang diwahyukan kepadanya
serta meninggalkan kemunkaran dan kemaksiatan yang diajarkan oleh
Syaitan dan iblis.
Nabi Nuh menarik perhatian kaumnya agar melihat alam semesta yang diciptakan oleh Allah berupa
langit dengan matahari, bulan dan bintang-bintang yang menghiasinya,
bumi dengan kekayaan yang ada diatas dan dibawahnya, berupa
tumbuh-tumbuhan dan air yang mengalir yang memberi kenikmatan hidup
kepada manusia, pergantian malam menjadi siang dan sebaliknya. Semua itu
menjadi bukti dan tanda nyata akan adanya keesaan Tuhan yang harus
disembah dan bukan berhala-berhala yang mereka buat dengan tangan mereka
sendiri. Disamping itu Nabi Nuh
juga memberitahukan kepada mereka bahwa akan ada ganjaran yang akan
diterima oleh manusia atas segala amalannya didunia yaitu surga bagi
amalan kebajikan dan neraka bagi segala pelanggaran terhadap perintah
agama yang berupa kemunkaran dan kemaksiatan.
Nabi Nuh yang dikaruniakan Allah dengan sifat-sifat yang patut dimiliki oleh seorang Nabi,
fasih dan tegas dalam kata-katanya, bijaksana dan sabar dalam tindak
tanduknya melaksanakan tugas risalahnya kepada kaumnya dengan penuh
kesabaran dan kebijaksanaan dengan cara yang lemah lembut mengetuk hati
nurani mereka dan kadangkala dengan kata-kata yang tajam dan nada yang
kasar bila menghadapi pembesar-pembesar kaumnya yang keras kepala yang
enggan menerima hujjah dan dalil-dalil yang dikemukakan kepada mereka
yang tidak dapat mereka membantahnya atau mematahkannya.
Akan tetapi walaupun Nabi Nuh
telah berusaha sekuat tenaganya berdakwah kepada kaumnya dengan segala
kebijaksanaan, kecakapan dan kesabaran dalam setiap kesempatan, siang
maupun malam dengan cara bersembunyi atau terang-terangan dan terbuka
hanya sedikit sekali dari kaumnya yang dapat menerima dakwahnya dan
mengikuti ajakannya, yang menurut sementara riwayat tidak melebihi
seratus orang. Mereka pun terdiri dari orang-orang yang miskin
berkedudukan sosial lemah, sedangkan orang yang kaya raya, berkedudukan
tinggi dan terpandang dalam masyarakat, yang merupakan pembesar-pembesar
dan penguasa-penguasa tetap membangkang, tidak mempercayai Nabi Nuh
, mengingkari dakwahnya dan sesekali tidak merelakan melepas agamanya
dan kepercayaan mereka terhadap berhala-berhala mereka, bahkan mereka
berusaha dengan mengadakan persekongkolan hendak melumpuhkan dan
menggagalkan usaha dakwah Nabi Nuh.
Berkata mereka kepada Nabi Nuh: "Bukankah engkau hanya seorang daripada kami dan tidak berbeda daripada kami sebagai manusia biasa. Jikalau betul Allah akan mengutus seorang Rasul yang
membawa perintah-Nya, niscaya ia akan mengutuskan seorang malaikat yang
patut kami dengarkan kata-katanya dan kami ikuti ajakannya dan bukan
manusia biasa seperti engkau hanya dapat diikuti orang-orang rendah
kedudukan sosialnya seperti para buruh petani, orang-orang yang tidak
berpenghasilan yang bagi kami mereka seperti sampah masyarakat.
Pengikut-pengikutmu adalah orang-orang yang tidak mempunyai daya fikiran
dan ketajaman otak, mereka mengikutimu secara buta tuli tanpa
memikirkan dan menimbangkan sunggh-sungguh benar atau tidaknya dakwah
dan ajakanmu itu. Jika agama yang engkau bawa dan ajaran-ajaran yang
engkau berikan kepada kami itu betul-betul benar, niscaya kamilah dulu
mengikutimu dan bukannya orang-orang yang mengemis pengikut-pengikutmu
itu. Kami sebagai pemuka-pemuka masyarakat yang pandai berfikir,
memiliki kecerdasan otak dan pandangan yang luas dan dipandang
masyarakat sebagai pemimpin-pemimpinnya, tidaklah mudah bagi kami
menerima ajakanmu dan dakwahmu. Engkau tidak mempunyai kelebihan diatas
kami tentang soal-soal kemasyarakatan dan pergaulan hidup. Kami jauh
lebih pandai dan lebih mengetahui daripadamu tentang hal itu semuanya.
Anggapan kami terhadapmu, tidak lain dan tidak bukan bahwa engkau adalah
pendusta belaka.
Nuh berkata,
menjawab ejekan dan mengolok-olokkan kaumnya: "Adakah engkau mengira
bahwa aku dapat memaksa kamu mengikuti ajaranku atau mengira bahwa aku
mempunyai kekuasaan untuk menjadikan kamu orang-orang yang beriman jika
kamu tetap menolak ajakanku dan tetap tidak percaya terhadap bukti-bukti
kebenaran dakwahku dan tetap mempertahankan pendirianmu yang tersesat
yang diilhamkan oleh kesombongan dan kecongkakkan karena kedudukan dan
harta benda yang kamu miliki. Aku hanya seorang manusia yang mendapat
amanah dan diberi tugas oleh Allah untuk
menyampaikan risalah-Nya kepada kamu. Jika kamu tetap keras kepala dan
tidak mau kembali ke jalan yang benar dan menerima agama Allah yang diutuskan-Nya kepadaku maka Allah yang akan menentukan hukuman-Nya dan ganjaran-Nya atas dirimu. Aku hanya utusan dan Rasul-Nya
yang diperintah untuk meyampaikan amanah-Nya kepada hamba-hambanya.
Dialah yang berkuasa memberi hidayah kepadamu dan mengampuni dosamu atau
menurunkan adzab dan siksaan-Nya atas dirimu sekalian jika Ia
kehendaki. Dialah pula yang berkuasa menurunkan siksa dan adzab-Nya
didunia atau menundakannya sampai hari kemudian. Dialah Tuhan pencipta
alam semesta ini, Maha Kuasa, Maha Mengetahui, Maha Pengasih dan Maha
Penyayang.
Kaum Nuh mengemukakan
syarat dengan berkata: "Wahai Nuh! Jika engkau menghendaki kami
mengikutimu dan memberi dorongan dan semangat kepada kamu dan kepada
agama yang engkau bawa, maka jauhkanlah para pengikutmu yang terdiri
dari orang-orang petani, buruh, dan hamba-hamba sahaya itu. Usirlah
mereka dari pergaulanmu karena kami tidak dapat bergaul dengan mereka
duduk berdampingan dengan mereka mengikut cara hidup mereka dan
bergabung dengan mereka dalam suatu agama dan kepercayaan. Dan bagaimana
kami dapat menerima satu agama yang mensama ratakan para bangsawan dan
para awam, penguasa dan pembesar dengan buruh-buruhnya dan orang kaya
yang berkedudukan dengan orang yang miskin".
Nabi Nuh
menolak persyaratan kaumnya dan berkata: "Risalah dan agama yang aku
bawa adalah untuk semua orang tiada pengecualian, yang pandai maupun
yang bodoh, yang kaya maupun miskin, majikan ataupun buruh, diantara
penguasa dan rakyat biasa semuanya mempunyai kedudukan dan tempat yang
sama terhadap agama dan hukum Allah.
Andai kata aku memenuhi persyaratan kamu dan mengabulkan keinginanmu
menyingkirkan para pengikutku yang setia itu, maka siapakah yang dapat
kuharapkan untuk meneruskan dakwahku kepada masyarakat lain dan
bagaimana aku sampai hati menjuhkan daripadaku orang-orang yang yang
telah beriman dan menerima dakwahku dengan penuh keyakinan dan
keikhlasan diantara di kala kamu menolaknya serta mengingkarinya,
orang-orang yang telah membantuku dalam tugasku di kala kamu menghalangi
usahaku dan merintangi dakwahku. Dan bagaimanakah aku dapat
mempertanggung jawabkan tindakan pengusiranku kepada mereka terhadap Allah bila
mereka mengadu bahwa aku telah membalas kesetiaan dan ketaatan mereka
dengan sebaliknya semata-mata untuk memenuhi permintaanmu dan tunduk
kepada persyaratanmu yang tidak wajar dan tidak dapat diterima oleh akal
dan fikiran yang sehat. Sesungguhnya kamu adalah orang-orang yang bodoh
dan tidak berfikiran sehat.
Pada akhirnya, karena mereka tidak berdaya lagi mengingkari kebenaran kata-kata Nabi Nuh dan merasa kehabisan alasan dan hujjah untuk melanjutkan dialog dengan beliau, maka berkatalah mereka: "Wahai Nabi Nuh!
Kita telah banyak bemujadalah dan berdebat dan cukup berdialog serta
mendengar dakwahmu yang sudah menjemukan itu. Kami tetap tidak akan
mengikutimu dan tidak akan sesekali melepaskan kepercayaan dan adat
istiadat kami sehingga tidak ada gunanya lagi engkau mengulang-ulangi
dakwah dan ajakanmu dan berdebat dengan kami. Datangkanlah apa yang
engkau benar-benar orang yang menepati janji dan kata-katanya. Kami
ingin melihat kebenaran kata-katamu dan ancamanmu dalam kenyataan.
Karena kami tetap masih belum mempercayaimu dan tetap meragukan
dakwahmu".
Nabi Nuh Berputus Asa Dari Kaumnya
Nabi Nuh
berada ditengah-tengah kaumnya selama 950 tahun berdakwah menyampaikan
risalah Tuhan, mengajak mereka meninggalkan pemyembahan berhala dan
kembali menyembah dan beribadah kepada Allah Yang
Maha Kuasa memimpin mereka keluar dari jalan yang sesat dan gelap ke
jalan yang benar dan terang, mengajar mereka hukum-hukum syari'at dan
agama yang diwahyukan oleh Allah kepadanya,
mengangkat derajat manusia yang tertindas dan lemah ke tingkat yang
sesuai dengan fitrah dan qodratnya dan berusaha menghilangkan
sifat-sifat sombong dan congkak yang melekat pada para pembesar kaumnya
dan mendidik agar mereka berkasih sayang, tolong menolong diantara
sesama manusia. Akan tetapi dalam waktu yang cukup lama itu, Nabi Nuh tidak berhasil menyadarkan dan menarik kaumnya untuk mengikuti dan menerima dakwahnya, bertauhid dan beribadah kepada Allah kecuali
sekelompok kecil kaumnya yang tidak mencapai 100 orang, walaupun ia
telah melaksanakan tugasnya dengan segala usahanya dan sekuat tenaganya
dengan penuh kesabaran dan kesulitan menghadapi penghinaan, ejekan dan
caci maki kaumnya, karena ia mengharapkan akan datang masanya dimana
kaumnya akan sadar diri dan datang mengakui kebenarannya dan kebenaran
dakwahnya. Harapan Nabi Nuh
akan kesadaran kaumnya ternyata makin hari makin berkurang dan bahwa
sinar iman dan takwa tidak akan menembus dalam hati mereka yang telah
tertutup rapat oleh ajaran dan bisikan iblis. Hal mana Nabi Nuh membawa firman Allah yang
bermaksud: "Sesungguhnya tidak akan seorang daripada kaumnya
mengikutimu dan beriman kecuali mereka yang telah mengikutimu dan
beriman lebih dahulu, maka janganlah engkau bersedih hati karena apa
yang mereka perbuatkan".
Dengan penegasan firman Allah itu, lenyaplah sisa harapan Nabi Nuh dari kaumnya dan habislah kesabarannya. Ia memohon kepada Allah agar menurunkan adzab-Nya atas kaumnya yang keras kepala seraya berseru: "Ya Allah!
Janganlah Engkau biarkan seorangpun daripada orang-orang kafir itu
hidup dan tinggal diatas bumi ini. Mereka akan berusaha menyesatkan
hamba-hambaMU, jika Engkau biarkan mereka tinggal dan mereka tidak akan
melahirkan dan menurunkan selain anak-anak yang berbuat maksiat dan
anak-anak yang kafir seperti mereka".
Do'a Nabi Nuh dikabulkan oleh Allah dan
permohonannya diluluskan dan tidak perlu lagi menghiraukan dan
mempersoalkan kaumnya, karena mereka itu akan menerima hukuman Allah dengan mati tenggelam.
Nabi Nuh Membuat Kapal
Setelah menerima perintah Allah untuk membuat sebuah kapal, segeralah Nabi Nuh
mengumpulkan para pengikutnya dan mulai mereka mengumpulkan bahan yang
diperlukan untuk maksud tersebut, kemudian dengan mengambil tempat
diluar dan agak jauh dari kota dan keramaiannya mereka dengan rajin dan
tekun bekerja siang dan malam menyelesaikan pembuatan kapal yang
diperintahkan itu.
Walaupun Nabi Nuh
telah menjauhi kota dan masyarakatnya agar dapat bekerja dengan tenang
tanpa gangguan bagi menyelesaikan pembuatan kapalnya namun ia tidak
luput dari ejekan dan cemoohan kaumnya yang kebetulan atau sengaja
melalui tempat kerja pembuatan kapal itu. Mereka mengejek dan
mengolok-olok dengan mengatakan: "Wahai Nuh! Sejak kapan engkau telah
menjadi seorang tukang kayu dan pembuat kapal? Bukankah engkau seorang Nabi dan Rasul menurut
pengakuanmu, kenapa sekarang menjadi seorang tukang kayu dan pembuat
kapal. Dan kapal yang engkau buat itu ditempat yang jauh dari air ini
adalah maksudmu untuk ditarik oleh kerbau ataukah mengharapkan angin
yang akan menarik kapalmu ke laut? ".
Dan lain-lain kata ejekan yang diterima oleh Nabi Nuh
dengan sikap dingin dan tersenyum seraya menjawab: "Baiklah tunggu saja
saatnya nanti, jika kamu sekarang mengejek dan mengolok-olok kami maka
akan tibalah masanya kelak bagi kami untuk mengejek kamu dan akan kamu
ketahui kelak untuk apa kapal yang kami siapkan ini. Tunggulah saatnya
adzab dan hukuman Allah menimpa atas dirimu".
Setelah selesai pekerjaan pembuatan kapal yang merupakan alat pengangkutan laut pertama didunia, Nabi Nuh menerima wahyu dari Allah:
"Siap-siaplah engkau dengan kapalmu, bila tiba perintah-Ku dan terlihat
tanda-tanda daripada-Ku maka segeralah angkut bersamamu didalam kapalmu
dan kerabatmu dan bawalah 2 pasang dari setiap jenis makhluk yang ada
diatas bumi dan berlayarlah dengan izin-Ku".
Kemudian
tercurahlah dari langit dan memancur dari bumi air yang deras dan
dahsyat yang dalam sekelip mata telah menjadi banjir besar melanda
seluruh kota dan desa menggenangi dratan yang rendah maupun yang tinggi
sampai mencapai puncak bukit-bukit sehingga tiada tempat berlindung dari
air banjir yang dahsyat itu kecuali kapal Nabi Nuh yang telah terisi penuh dengan para orang mukmin dan pasangan makhluk yang diselamatkan oleh Nabi Nuh atas perintah Allah.
Dengan iringan "Bismillah majraha wa mursaha" berlayarlah kapal Nabi Nuh
dengan cepatnya menyusuri lautan, menantang angin yang kadang kala
lemah lembut dan kadang kala ganas dan ribut. Dikanan kiri kapal
terlihatlah orang-orang kafir bergelut melawan gelombang air yang tinggi
berusaha menyelamatkan diri dari cengkaman maut yang sudah sedia
menerkam mereka didalam lipatan gelombang-gelombang itu.
Tatkala Nabi Nuh
berada diatas geladak kapal memperhatikan cuaca dan melihat-lihat orang
kafir dari kaumnya sedang bergelimpangan diatas permukaan air,
tiba-tiba terlihatlah olehnya tubuh putra sulungnya yang bernama
"Kan'aan" timbul tenggelam dipermainkan oleh gelombang yang tidak
menaruh belas kasihan kepada orang-orang yang sedang menerima hukuman Allah itu.
Pada saat itu tanpa disadari, timbullah rasa cinta dan kasih sayang
seorang ayah terhadap putra kandungnya yang berada dalam keadaan cemas
menghadapi maut ditelan gelombang.
Nabi Nuh
secara spontan, terdorong oleh suara hati kecilnya berteriak dengan
sekuat suaranya memanggil putranya: "Wahai anakku! Datanglah kemari dan
gabunglah dirimu bersama keluargamu. Bertaubatlah engkau dan berimanlah
kepada Allah agar engkau selamat dan terhindar dari bahaya maut yang engkau menjalani hukuman Allah". Kan'aan putra Nabi Nuh
yang tersesat dan telah terkena racun rayuan syaithan dan hasutan
kaumnya yang sombong dan keras kepala itu menolah dengan keras ajakan
dan panggilan ayahnya yang menyayanginya dengan kata-kata yang
menentang: "Biarkanlah aku dan pergilah, jauhilah aku, aku tidak sudi
berlindung diatas geladak kapalmu, aku dapat menyelamatkan diriku
sendiri dengan berlindung diatas bukit yang tidak akan dijangkau oleh
air banjir ini".
Nuh menjawab:
"Percayalah bahwa tempat satu-satunya yang dapat menyelamatkan engkau
ialah bergabung dengan kami diatas kapal ini. Masa tidak akan ada yang
dapat melepaskan diri dari hukuman Allah yang telah ditimpakan ini kecuali orang-orang yang memperoleh rahmat dan ampunan-Nya".
Setelah Nabi Nuh
mengucapkan kata-katanya tenggelamlah Kan'aan disambar gelombang yang
ganas dan lenyaplah ia dari pandangan mata ayahnya, tergelincirlah
kebawah lautan air mengikut kawan-kawannya dan pembesar-pembesar kaumnya
yang durhaka itu.
Nabi Nuh bersedih hati dan berduka cita atas kematian putranya dalam keadaan kafir tidak beriman dan belum mengenal Allah. Beliau berkeluh kesah dan berseru kepada Allah:
"Ya Tuhanku! Sesungguhnya putraku itu adalah darah dagingku dan adalah
bagian dari keluargaku dan sesungguhnya janji-Mu adalah janji benar dan
Engkaulah Maha Hakim Yang Maha Berkuasa". Allah berfirman:
"Wahai Nuh! Sesungguhnya dia putramu itu tidaklah termasuk keluargamu,
karena ia telah menyimpang dari ajaranmu, melanggar perintahmu menolak
dakwahmu dan mengikuti jejak orang-orang yang kafir daripada kaummu.
Coretlah namanya dari daftar keluargamu. Hanya mereka yang telah
menerima dakwahmu mengikuti jalanmu dan beriman kepada-Ku dapat engkau
masukkan dan golongkan ke dalam barisan keluargamu yang telah Aku
janjikan perlindungannya dan terjamin keselamatan jiwanya. Adapun
orang-orang yang mengingkari risalahmu, mendustakan dakwahmu dan telah
mengikuti hawa nafsunya dan tuntutan iblis, pastilah mereka akan binasa
menjalani hukuman yang telah Aku tentukan walau mereka berada di puncak
gunung. Maka janganlah engkau sesekali menanyakan tentang sesuatu yang
engkau belum ketahui. Aku ingatkan janganlah engkau sampai tergolong ke
dalam golongan orang-orang yang bodoh".Nabi Nuh sadar segera setelah menerima teguran dari Allah bahwa cinta kasih sayangnya kepada anaknya telah menjadikan ia lupa akan janji dan ancaman Allah terhadap orang-orang kafir termasuk putranya sendiri. Ia sadar bahwa ia tersesat pada saat ia memanggil putranya untuk menyelamatkannya dari bencana banjir yang didorong oleh perasaan naluri darah yang menghubungkannya dengan putranya padahal sepatutnya cinta dan taat kepada Allah harus mendahului cinta kepada keluarga dan harta benda. Ia sangat menyesalkan kelalaian dan kelupaannya itu dan menghadap kepada Allah memohon ampun dan maghfirah-Nya dengan berseru: "Ya Tuhanku aku berlindung kepada-Mu dari godaan syaithan yang terkutuk, ampunilah kelalaian dan kelupaanku sehingga aku menanyakan sesuatu yang aku tidak mengetahuinya. Ya Tuhanku bila Engkau tidak memberi ampun dan maghfirah serta menurunkan rahmat bagiku, niscaya aku menjadi orang yang rugi".
Setelah air bah itu mencapai puncak keganasannya dan binasalah kaum Nuh yang kafir dan zalim sesuai dengan kehendak dan hukum Allah, surutlah lautan air diserap bumi kemudian bersandarlah kapal Nuh diatas bukit "Judie" dengan iringan perintah Allah kepada Nabi Nuh: "Turunlah wahai Nuh ke darat, engkau dan para mukminin yang menyertaimu dengan selamat dilimpahi barokah dan inayah dari sisi-Ku bagimu dan bagi umat yang menyertaimu".
Kisah Nabi Nuh Dalam Al-Quran
Al-Quran menceritakan kisah Nabi Nuh dari ayat 1 sampai 28, juga dalam surah Hud ayat 27 sampai 48 yang mengisahkan dialog Nabi Nuh dengan kaumnya dan perintah pembuatan kapal serta keadaan banjir yang menimpa kaumnya.
Pelajaran Yang Terdapat Dari Kisah Nabi Nuh AS
Bahwasanya hubungan antara manusia yang terjalin karena ikatan persamaan kepercayaan atau penamaan aqidah dan pendirian adalah lebih erat dan lebih berkesan daripada hubungan yang terjalin karena ikatan darah atau kelahiran. Kan'aan yang walaupun ia adalah anak kandung Nabi Nuh, oleh Allah dikeluarkan dari hubungan keluarga ayahnya karena ia menganut kepercayaan dan agama berlainan dengan apa yang dianut dan didakwahkan oleh ayahnya sendiri, bahkan ia berada di pihak yang memusuhi dan menentangnya.
Maka dalam pengertian inilah dapat difahami firman Allah dalam Al-Quran yang bermaksud: "Sesungguhnya para mukmin itu adalah bersaudara". Demikian pula hadist Rasulullah yang bermaksud: "Tidaklah sempurna iman seseorang kecuali jika ia mencintai saudaranya yang beriman sebagaimana ia mencintai dirinya sendiri". Juga peribahasa yang berbunyi: "Adakalanya engkau memperoleh seorang saudara yang tidak dilahirkan oleh ibumu".
Langganan:
Postingan (Atom)